Senin, 16 Agustus 2010

MEMILIH "SANDAL" YANG PAS

"Romo Benediktus Bere Mali, SVD" sang peziarah melaporkan hasil olahan makna hidup dari pantura pulau Jawa. Lasem 16 agustus 2010. Misa setahun mama Magdalena Pergi ke rumah Bapa. Bahan renungan Pater Provinsial. Berdasarkan Yoh 10:6-10. Renungan dibuka secara menarik sekali. Kita diajak membuka telapak tangan kita masing-masing. Kita lihat tulisan MM ditafsir manusia harus mati. Apakah dalam hidup kita kita sering bicara kematian? Jarang. Kita lebih sering membicarakan tentang kehidupan. Injil hari ini berbicara tentang kontradiksi antara hidup dan mati. Kebiasaan Injil Yohanes memainkan pertentangan antara hidup dengan mati, terang dengan gelap, baik dan jahat, cahaya dengan gelap. Tujuannya jelas agar pembaca atau pengikut Tuhan memilih hitam atau putih, memilih gelap atau terang, memilih cahaya atau gelap, memilih hidup atau mati. Seorang Katolik tidak boleh berada di tengah-tengah atau abu-abu. Dalam politik sulit menebak orang ini hitam atau putih, orang lebih berada pada abu-abu, diantara, di tengah-tengah untuk merebut mana yang menguntungkannya. Orang yang hidupnya bagaikan "bunglon". Pengkotbah bertanya kepada ibu yang duduk paling depan dalam misa. Ibu memakai sandal nomor berapa? Ibu itu menjawab nomor sandalku 37. Saya memberi hadiah sandal nomor 41 saat ibu ulang tahun, ibu memakai sandal itu? Ibu itu menjawab tidak memakai sandal itu. Mengapa? Karena tidak pas. Setiap orang memilih sandal yang pas. Baju yang pas. Pasangan hidup yang pas. Orang memilih tidak kaya sekali, tidak miskin sekali, tetapi memilih agar hidup yang pas. Aku memilih untuk ku yang PAS. P: Produktif. Senyum yang mengubah pada hal yang positif. Hidupku menghasilkan yang baik bagi diri dan sesama. A: Askese. Berkorban bagi orang lain. S: Spritual. Hidup yang dipenuhi dengan Roh Allah yang menyelamatkan. Tulisan yang membuatku selalu hidup. Aku tidak mati. Aku tidak mau mati. Tulisan membuatku tetap hidup di sepanjang zaman.

Tidak ada komentar: