Kamis, 05 Agustus 2010

“NILA SETITIK MERUSAK SUSU SEBELANGA”


“NILA SETITIK MERUSAK SUSU SEBELANGA”


* Rm. Benediktus Bere Mali, SVD*

Setiap kita pernah melakukan pekerjaan yang sempurna. Saat itu kita tentu mendapat penghargaan yang baik dari sesama di sekitar yang menyaksikan hasil pekerjaan dan menikmati hasil pekerjaan kita.  Kita juga pada saat yang berbeda dapat melaksanakan tugas-tugas kita secara asal-asalan sehingga hasilnya tidak menarik perhatian banyak orang yang kita jumpai dan melihat hasil pekerjaan kita.  Hasil  pekerjaan buruk yang kita tampilkan mendatangkan hujan penilaian yang buruk bahkan sangat kasar menutupi sejuta keberhasilan yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun lamanya. Kita melakukan sebuah kesalahan menghapus sejuta perbuatan baik yang menarik berjuta-juta orang  yang memberikan apresiasi yang luarbiasa. Menyesal kemudian tiada berguna.

Petrus  adalah gambaran sosok manusia yang digambarkan di atas.  Dia ketika memberikan jawaban yang bagus dan benar  menurut penanya, dia diberi kepercayaan oleh penanya untuk melaksanakan tugas besar yang diberikan kepadanya. Sebaliknya ketika dia menjawab pertanyaan penanya secara amburadul tidak sesuai dengan harapan penanya, dia diberi label bodoh dan bahkan disebut setan iblis.  Kepercayaan kepada Petrus dan penilaian terhadap Petrus sebagai iblis ini memberikan inspirasi kepada kita. Kita ingat akan peribahasa ini, “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”. Peribahasa ini berarti  sebuah kesalahan cilik dapat menghancurkan bangunan kebaikan yang dikerjakan selama bertahun-tahun. Peribahasa ini memang memberikan inspirasi yang berat bagi kita untuk memiliki kepekaan untuk tetap memelihara kebaikan dan kebenaran yang sedang kita miliki melalui perjuangan yang panjang selama bertahun-tahun.  

 Kita jatuh dalam banyak hal. Kita jatuh karena kita memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Ada kejatuhan yang membuat kita bisa bangkit lagi. Ada kejatuhan yang membuat kita tidak berdaya sama sekali dalam paradigma tertentu. Meskipun demikian, kita masih mempunyai sebuah peluang untuk kembali membangun kembali kehancuran kebaikan kita akibat kesalahan kita sendiri.  Peluang itu tidak ditemukan dalam diri manusia. Peluang berat itu ada dalam diri kuasa Roh Allah sendiri.  Kuasa Roh Allah itu akan terlaksana dalam diri manusia yang memiliki lahan kerendahan hati dalam dirinya.  Kerendahan hati itu membuka peluang bagi Allah mengalirkan rahmat pembaharuan yang berat dalam diri manusia yang memiliki kerendahan hati. Aliran rahmat Roh Allah itu akan mengalir deras dari medan yang lebih tinggi kepada arah yang lebih rendah. Pandangan kita menuju kepada Allah Roh Kudus di tempat yang tinggi yang mengalirkan rahmatNya yang memperbaharui  bangunan hati manusia yang memiliki kerendahan hati.

Marilah kita memiliki modal kerendahan hati yang berat bagi Allah Roh Kudus yang mengalirkan rahmatNya yang berat ke dalam diri kita. Kerendahan hati adalah syarat mutlak untuk berubah dan diubah Tuhan Yesus. Mari kita memiliki harta kerendahan hati untuk memperoleh kekayaan rahmat pembaharuan dalam Tuhan.***


Meditasi persiapan misa hari Kamis 5 Agustus 2010
Di Soverdi Surabaya. Matius 16 : 13 -23. Yer 31 : 31 – 34. MT. 51:12-13.14-15.18-19

Tidak ada komentar: